Kiat Menggalang Sumber Daya
Thursday, July 29, 2010
Labels:
Pendidikan Kewirausahaan
Penggalangan sumber daya sekolah didasarkan atas tuntutan kebutuhan kemandirian sekolah yang tertuang dalam MPMBS.. Ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk menggalang sumber daya yang dimiliki dalam konteks manajemen, di antaranya menggunakan pendekatan analisis SWOT yang mana dasar penggalangannya dimulai dengan mendeteksi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weaknesses). Kedua hal ini dipersyaratkan untuk faktor internal, kemudian untuk faktor eksternal dideteksi dengan Peluang (Opportunity) dan Tantangan/Hambatan (Threath). Ada pula yang menerapkan pendekatan analisis model Balanced Score Card (BSC) yang memberikan skor yang dianggap mendukung misi dan strategi. Kiat-kiat penggalangan sumber daya sekolah dapat diskemakan sebagai berikut:
Sumber daya internal adalah sumber daya yang ada di dalam lingkungan sekolah baik berupa sumber daya manusia, barang dan jasa yang dapat dioptimalkan dalam membantu pembiayaan penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan sumber daya eksternal adalah sumber daya yang didapat atau diestimatikan dapat diperoleh dari luar sekolah.
1. Kiat Penggalangan Sumber Daya Internal
Siswa dipandang sebagai aset sekolah, artinya siswa bukan sebagai objek pungutan biaya penyelenggaraan pendidikan semata tetapi sebagai sumber daya yang dapat bermanfaat baik secara ekonomis maupun non-ekonomis. Untuk mengawali kegiatan siswa sebagai aset diperlukan data siswa termasuk hobi serta bakat dan minatnya.
Sebagai ilustrasi apabila sekolah memiliki siswa berjumlah 500 orang, persiswa memiliki rata-rata 4 orang dalam satu keluarga (ayah, ibu, adik/kakak dan siswa itu sendiri) maka ada 2000 orang yang mempunyai hubungan dengan sekolah. Dari 2000 orang tersebut dapat dilakukan penelitian atas suatu obyek sosial yang ada di masyarakat bekerjasama dengan lembaga terkait yang membutuhkan penyebaran instrumen atau kajian dari penelitian tersebut. Sekolah dapat mengajukan proposal, dalam hal ini apabila dihubungkan dengan strategi pembelajaran maka akan memperoleh keuntungan dan manfaat bagi sekolah.
Guru dan staf sebagai aset sekolah. Paradigma lama yang memandang guru dan staf sekolah sebagai beban biaya penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebaiknya mulai diubah, karena di antara para guru banyak yang memiliki keahlian dan bakat tertentu yang dapat “dijual” sekiranya bakat terpendam tersebut dikembangkan melalui wadah yang sesuai.
Tanah dan Gedung sebagai aset sekolah, khususnya sekolah-sekolah yang memiliki lahan luas di daerah-daerah dapat bekerjasama dengan dinas pertanian untuk memperoleh bibit atau bimbingan dan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan tanahnya, atau bekerjasama dan mengadakan MoU dengan pihak swasta untuk memberdayakan tanah tersebut.
2. Kiat Penggalangan Sumber Daya Eksternal Sekolah
Sumber daya eksternal sekolah sebenarnya tidak terbatas jumlah dan tempatnya karena dengan teknologi internet sekolah dapat menjalin hubungan dengan siapa saja di dalam dan di luar negeri. Oleh karena itu, sekolah harus berani mengubah karakternya yang tidak hanya sebagai satuan penyelenggara pendidikan semata tetapi juga memiliki jiwa wirausaha yang selaku kreatif dan inovatif, ulet, proaktif serta memiliki perangkat yang dapat diandalkan untuk go public. Dalam mengajak pihak lain bekerjasama sebaiknya memiliki kiat sebagai berikut:
Pertama, AIDA singkatan dari Attractive, Interest, Desire, Action. Atraktif berarti ada yang diunggulkan oleh sekolah untuk menarik lembaga lain atau mengadakan kerjasama dengan sekolah. Setelah lembaga lain tertarik akan keunggulan yang dimiliki sekolah maka sekolah harus mampu membangkitkan keinginan yang cenderung pada adanya kepentingan atau minat lembaga eksternal tersebut untuk bekerjasama dengan sekolah. Tahapan berikutnya, keunggulan sekolah harus mampu membangkitkan hasrat/gairah atau semangat untuk terjadinya kerjasama yang saling menguntungkan. Terakhir, sekolah harus proaktif dalam kerjasama ini.
Kedua, pada saat memikirkan atau menggagas keunggulan sekolah yang bisa ditawakan kepada pihak lain dapat mengklasifikasikan kebutuhan pihak lain dalam tiga tingkatan, yaitu NEED artinya kebutuhan pihak lain yang tidak dapat ditunda-tunda. WANT adalah keinginan yang pemenuhannya dapat ditunda sementara. Sedangkan WISHES adalah harapan yang tentunya masih memerlukan waktu lama untuk dipenuhi. Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diterapkan strategi pemasaran untuk mengubah want dan wishes menjadi need.
Ketiga, mempelajari peluang karena sesungguhnya peluang tidak harus ditunggu kedatangannya tetapi peluang dapat diciptakan dengan mengamati beberapa hal:
Kalender kegiatan daerah/provinsi, kalender hari besar baik nasional maupun keagamaan yang dapat dimanfaatkan menjadi peluang yang dapat dipersiapkan sebelumnya.
Mengamati dan memikirkan bagian dari tubuh kita mulai ujung rambut sampai ujung kaki, peluang apa saja yang dapat muncul menjadi kegiatan bisnis.
Mengamati daur hidup dari mulai sebelum lahir sampai sesudah mati, peluang apa saja yang dapat dijadikan kegiatan yang bermanfaat dan menguntungkan.
Keempat, mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya melalui warga sekolah dari media cetak maupun elektronik, kemudian dikelompokkan dan dijadikan beberapa alternatif pilihan, setelah mengerucut berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada di sekolah dipilih yang paling mungkin dilaksanakan.
Kelima, just do it, sekecil apapun gagasan yang penting terwujud, jangan terlalu rumit memikirkannya, karena gagasan besar selama hanya menjadi gagasan saja adalah “sebatas mimpi yang indah.”
Selanjutnya perlu dibentuk unit produksi di sekolah yang berkedudukan secara hukum yang kepengurusannya terdiri dari Ketua Yayasan, Bendahara dan Sekretaris Yayasan. Pada tataran operasional diangkat personalia sesuai kebutuhan seperti Manajer, Bendahara, Sekretaris dan Staf Keuangan serta Pemasar. Kegiatan unit produksi biasanya memaksimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah yang dihubungkan dengan materi pelajaran praktek yang ada di sekolah.
Nama organisasi sebaiknya memenuhi kriteria yakni mudah diingat dan mendorong semangat untuk mencapai kesuksesan. Misalnya “Mega Buana”, bahasa Makassar yang berarti banyak buahnya. Nama ini meskipun domestik tapi terkesan dari manca-negara karena terucap “mega dan buana”, dimana mega berarti besar, luas dan buana berani alam semesta atau global. Visi perlu dibuat sebagai arah organisasi dan seharusnya dibuat untuk diketahui oleh pelanggan dan warga sekolah. Misi perlu dinyatakan seluruh warga sekolah sampai pada tingkatan bahwa misi unit produksi adalah komitmen bersama. Value adalah kesepakatan nilai-nilai perilaku yang dianut dalam menjalankan roda unit produksi.
Sumber daya internal adalah sumber daya yang ada di dalam lingkungan sekolah baik berupa sumber daya manusia, barang dan jasa yang dapat dioptimalkan dalam membantu pembiayaan penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan sumber daya eksternal adalah sumber daya yang didapat atau diestimatikan dapat diperoleh dari luar sekolah.
1. Kiat Penggalangan Sumber Daya Internal
Siswa dipandang sebagai aset sekolah, artinya siswa bukan sebagai objek pungutan biaya penyelenggaraan pendidikan semata tetapi sebagai sumber daya yang dapat bermanfaat baik secara ekonomis maupun non-ekonomis. Untuk mengawali kegiatan siswa sebagai aset diperlukan data siswa termasuk hobi serta bakat dan minatnya.
Sebagai ilustrasi apabila sekolah memiliki siswa berjumlah 500 orang, persiswa memiliki rata-rata 4 orang dalam satu keluarga (ayah, ibu, adik/kakak dan siswa itu sendiri) maka ada 2000 orang yang mempunyai hubungan dengan sekolah. Dari 2000 orang tersebut dapat dilakukan penelitian atas suatu obyek sosial yang ada di masyarakat bekerjasama dengan lembaga terkait yang membutuhkan penyebaran instrumen atau kajian dari penelitian tersebut. Sekolah dapat mengajukan proposal, dalam hal ini apabila dihubungkan dengan strategi pembelajaran maka akan memperoleh keuntungan dan manfaat bagi sekolah.
Guru dan staf sebagai aset sekolah. Paradigma lama yang memandang guru dan staf sekolah sebagai beban biaya penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebaiknya mulai diubah, karena di antara para guru banyak yang memiliki keahlian dan bakat tertentu yang dapat “dijual” sekiranya bakat terpendam tersebut dikembangkan melalui wadah yang sesuai.
Tanah dan Gedung sebagai aset sekolah, khususnya sekolah-sekolah yang memiliki lahan luas di daerah-daerah dapat bekerjasama dengan dinas pertanian untuk memperoleh bibit atau bimbingan dan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan tanahnya, atau bekerjasama dan mengadakan MoU dengan pihak swasta untuk memberdayakan tanah tersebut.
2. Kiat Penggalangan Sumber Daya Eksternal Sekolah
Sumber daya eksternal sekolah sebenarnya tidak terbatas jumlah dan tempatnya karena dengan teknologi internet sekolah dapat menjalin hubungan dengan siapa saja di dalam dan di luar negeri. Oleh karena itu, sekolah harus berani mengubah karakternya yang tidak hanya sebagai satuan penyelenggara pendidikan semata tetapi juga memiliki jiwa wirausaha yang selaku kreatif dan inovatif, ulet, proaktif serta memiliki perangkat yang dapat diandalkan untuk go public. Dalam mengajak pihak lain bekerjasama sebaiknya memiliki kiat sebagai berikut:
Pertama, AIDA singkatan dari Attractive, Interest, Desire, Action. Atraktif berarti ada yang diunggulkan oleh sekolah untuk menarik lembaga lain atau mengadakan kerjasama dengan sekolah. Setelah lembaga lain tertarik akan keunggulan yang dimiliki sekolah maka sekolah harus mampu membangkitkan keinginan yang cenderung pada adanya kepentingan atau minat lembaga eksternal tersebut untuk bekerjasama dengan sekolah. Tahapan berikutnya, keunggulan sekolah harus mampu membangkitkan hasrat/gairah atau semangat untuk terjadinya kerjasama yang saling menguntungkan. Terakhir, sekolah harus proaktif dalam kerjasama ini.
Kedua, pada saat memikirkan atau menggagas keunggulan sekolah yang bisa ditawakan kepada pihak lain dapat mengklasifikasikan kebutuhan pihak lain dalam tiga tingkatan, yaitu NEED artinya kebutuhan pihak lain yang tidak dapat ditunda-tunda. WANT adalah keinginan yang pemenuhannya dapat ditunda sementara. Sedangkan WISHES adalah harapan yang tentunya masih memerlukan waktu lama untuk dipenuhi. Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diterapkan strategi pemasaran untuk mengubah want dan wishes menjadi need.
Ketiga, mempelajari peluang karena sesungguhnya peluang tidak harus ditunggu kedatangannya tetapi peluang dapat diciptakan dengan mengamati beberapa hal:
Kalender kegiatan daerah/provinsi, kalender hari besar baik nasional maupun keagamaan yang dapat dimanfaatkan menjadi peluang yang dapat dipersiapkan sebelumnya.
Mengamati dan memikirkan bagian dari tubuh kita mulai ujung rambut sampai ujung kaki, peluang apa saja yang dapat muncul menjadi kegiatan bisnis.
Mengamati daur hidup dari mulai sebelum lahir sampai sesudah mati, peluang apa saja yang dapat dijadikan kegiatan yang bermanfaat dan menguntungkan.
Keempat, mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya melalui warga sekolah dari media cetak maupun elektronik, kemudian dikelompokkan dan dijadikan beberapa alternatif pilihan, setelah mengerucut berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada di sekolah dipilih yang paling mungkin dilaksanakan.
Kelima, just do it, sekecil apapun gagasan yang penting terwujud, jangan terlalu rumit memikirkannya, karena gagasan besar selama hanya menjadi gagasan saja adalah “sebatas mimpi yang indah.”
Selanjutnya perlu dibentuk unit produksi di sekolah yang berkedudukan secara hukum yang kepengurusannya terdiri dari Ketua Yayasan, Bendahara dan Sekretaris Yayasan. Pada tataran operasional diangkat personalia sesuai kebutuhan seperti Manajer, Bendahara, Sekretaris dan Staf Keuangan serta Pemasar. Kegiatan unit produksi biasanya memaksimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah yang dihubungkan dengan materi pelajaran praktek yang ada di sekolah.
Nama organisasi sebaiknya memenuhi kriteria yakni mudah diingat dan mendorong semangat untuk mencapai kesuksesan. Misalnya “Mega Buana”, bahasa Makassar yang berarti banyak buahnya. Nama ini meskipun domestik tapi terkesan dari manca-negara karena terucap “mega dan buana”, dimana mega berarti besar, luas dan buana berani alam semesta atau global. Visi perlu dibuat sebagai arah organisasi dan seharusnya dibuat untuk diketahui oleh pelanggan dan warga sekolah. Misi perlu dinyatakan seluruh warga sekolah sampai pada tingkatan bahwa misi unit produksi adalah komitmen bersama. Value adalah kesepakatan nilai-nilai perilaku yang dianut dalam menjalankan roda unit produksi.
0 comments:
Post a Comment