Bentuk Kewirausahaan Sekolah
Thursday, July 29, 2010
Labels:
Pendidikan Kewirausahaan
Berdasarkan karateristik best practice tersebut dan melihat jenis dan bentuk kewirausahaan sekolah berbasis kreativitas dan inovasi, selanjutnya disajikan beberapa bentuk best practice di sekolah. Best practice – atau kalau boleh penulis katakan good practice – yang disajikan ini bukanlah merupakan kapita selekta yang terbaik, melainkan masih merupakan pilihan dari apa yang ada. Disamping good practice tersebut juga disajikan kasus semacam bad practice kewirausahaan di lembaga pendidikan.
Contoh yang dapat diberikan dalam hal ini adalah kesuksesan salah seorang pelajar Sekolah Negeri di Jakarta Pusat yang bernama Mia, ia sibuk melayani teman-teman sekolahnya yang berebutan ingin mencicipi pudding buatan timnya. Rupiah demi rupiah berpindah tangan dan senyum kelompok yang dipimpin Mia terkembang. Modal yang tadinya cuma Rp 60.000 kini bertambah dua kali lipat begitu dagangannya di atas meja ludes.
Sekali hanya simulasi, namun ada keputusan bernuansa kewirausahaan bagi kelompok Mia dan dua grup lainnya. Siang itu, dalam Simulasi Business Takes Over Your Class yang diselenggarakan oleh Business School Prasetya Mulya. Tiga kelompok murid yang masing-masing terdiri dari delapan orang diberi modal Rp 60.000. Mereka diminta untuk memutar modal tersebut dengan memproduksi makanan berupa pudding. Mulai dari tahap perencanaan produk, perhitungan untung-rugi, membuat pudding, promosi hingga laporan keuangannya harus dikerjakan bersama.
Pada prinsipnya, kami hanya ingin memperkenalkan dunia bisnis dan wirausaha sedari dini. Selain itu, ingin membuktikan bahwa wirausaha dapat dilakukan siapa saja baik tua maupun muda sepanjang ada semangat, kerja keras, kreativitas dan kemampuan melihat kesempatan. Disamping itu, wirausaha dapat menjadi sebuah peluang dan celah lain bagi lulusan SMA untuk mengembangkan dirinya, sehingga tidak hanya menjadi alternatif bagi lulusan sekolah kejuruan.
Contoh lain adalah tentang pedagang rokok yang menjadikan lembaga pendidikan sebagai segmentasi yang dinilai tidak tepat dalam menjalankan usahanya. Kita semua sama memahami bahwa orang yang menjalankan usaha hanya mempunyai satu tujuan, yaitu sukses. Akan tetapi mencapai kesuksesan haruslah dengan jalan dan proses yang tepat, dalam artian sukses itu boleh-boleh saja sepanjang tidak merugikan orang lain, singkat cerita harus saling menguntungkan (win win solution).
Persoalan yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana pemilihan segmentasi pasar yang tepat dan bukan segmentasi asal-asalan yang tidak memperhitungkan efek lain yang akan ditimbulkan. Contoh kecil dalam kasus ini adalah pengusaha rokok yang dinilai tidak tepat dalam memilih segmentasi karena menjadikan lembaga pendidikan (sekolah dan kampus) sebagai sasaran segmentasinya dan wadah dalam mempromosikan produknya. Di satu sisi ini jelas akan menguntungkan bagi pengusaha dengan asumsi bahwa di kalangan mahasiswa saja hanya sebagian kecil di antaranya yang tidak merokok, tetapi di sisi lain disadari atau tidak bentuk usaha yang seperti ini akan mengganggu sekaligus merusak generasi.
Kehadiran pengusaha rokok dalam kampus seperti yang terjadi pada kampus-kampus di Makassar pada umumnya dan Universitas Negeri Makassar (UNM) pada khususnya, disamping sering menjadikan kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk mempromosikan produknya juga untuk saat ini yang terjadi adalah hampir di setiap sudut gedung perkuliahan terdapat penjual rokok. Keadaan seperti ini akan semakin memberikan peluang yang besar kepada mahasiswa untuk merokok, tetapi kalau tidak, sekalipun sebagian besar mahasiswa di antaranya adalah perokok, setidaknya akan sedikit mengurangi intensitas mahasiswa merokok di dalam kampus.
Persepsi yang telah melarang rokok masuk kampus adalah bukan larangan bagi wirausahawan yang bergerak di bidang tersebut, hanya saja yang terpenting harus diperhatikan adalah pemilihan segmentasi yang tepat sehingga apa yang dilakukan betul-betul bisa berjalan dengan baik dan lancar.
1 comments:
jenis lainnya
Post a Comment